8 Paket Ibadah Ramadhan

Al-Qur’an menjelaskan bahwa ibadah puasa adalah ibadah ‘alamiyah (universal) yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Bahkan tradisi puasa juga dilakukan oleh binatang-binatang. Hakikat ini mengantarkan pada kita bahwa puasa adalah suatu aktifitas yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menuju tingkat kesempurnaannya. Oleh karena itu orang-orang beriman harus mengetahui segala hal yang terkait dengan puasa sehingga ibadah itu dapat menghasilkan sesuatu yang paling maksimal dalam kehidupan dirinya, keluarga dan masyarakat. Baik di dunia maupun diakhirat.
Dalam berpuasa, orang beriman harus mengikuti tuntunan Rasul saw, atau sesuai dengan adab-adab Islam sehingga puasanya benar dan optimal. Pilar-pilar di bawah ini yang dapat mengantarkan kesempurnaan puasa Ramadhan.

a. memahami fiqh syhiyam
Setiap ibadah dalam Islam pasti ada fiqihnya, begitu juga shiyam. Maka memahami fiqih dalam setiap ibadah adalah suatu keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan orang-orang beriman. Dengan fiqih inilah, puasa yang dilakuakan oleh umat Islam benar-benar bernilai ibadah dan bukan tradisi yang dilakukan hanya sekedar ikut- ikutan tanpa mengetahui adab-adabnya dan segala sesuatu yang terkait dengan puasa. Puasa harus menjadi sarana tarbiyyah (pendidikan) menuju kehidupan yang bertaqwa kepada Allah Swt. Puasa seperti inilah yang bisa menghapus dosa seorang muslim, Rasulullah Saw bersabda:

ﻣَﻦْ ﺻَﺎمَ رَﻣَﻀَﺎنَ إﻳﻤﺎﻧﺎً واﺣْﺘِﺴَﺎﺑﺎً ﻏُﻔِﺮَ ﻟَﻪُ ﻣﺎ ﺗَﻘَﺪّمَ ﻣِﻦْ ذَﻧْﺒِﻪِ،

”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.”
(HR. Bukhori dan, Muslim ).

b. memahami dengan benar awal dan akhir ramadhan
Salah satu prinsip yang harus diketahui oleh setiap muslim adalah pengetahun tentang awal dan akhir Ramadhan, sehingga ibadah yang dilakukannya sesuai sunnah Rasul saw . dalam beberapa hadits Rasulullah saw . telah menetapkan awal dan akhir Ramadhan, beliau bersabda:

ﺻُﻮﻣُﻮا ﻟِﺮُؤْﻳﺘِﻪِ وأَﻓْﻄِﺮُوا ﻟِﺮُؤْﻳﺘِﻪِ ﻓﺈِن ﻏُﻢّ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢ ﻓَﺄﻛْﻤِﻠُﻮا اﻟﻌِﺪة

”Puasalah kamu jika melihat bulan, dan berbukalah kamu jika melihat bulan. Jika terhalang (mendung) maka sempurnakan bilangannya ” (muttafaqun ‘alaihi).

Namun demikian Islam tidak menafikan ilmu pengetahuan modern, salah satunya ilmu falak atau ilmu hisab atau astronomi. Ilmu hisab sangat membantu dan mendukung untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh Rasulullah saw, sehingga umat Islam dapat memulai dan mengawali puasa dengan benar. Disamping ilmu pengetahuan modern, Islam juga sangat menekankan peran penting otoritas pemimpin baik itu ulama maupun umara (pemerintah) dalam penetapan awal dan akhir puasa, sehingga ada kesatuan dalam memulai dan mengakhiri puasa. Allah Ta’ala berfirman:
ٰﻳَٓﺄَﻳﱡﻬَﺎ ٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ ءَاﻣَﻨُﻮٓاْ أَﻃِﻴﻌُﻮاْ ٱﻟﻠﱠﻪَ وَأَﻃِﻴﻌُﻮاْ ٱﻟﺮﱠﺳُﻮلَ وَأُوْﻟِﻲ ٱﻷَۡﻣۡﺮِ ﻣِﻨﻜُﻢۡۖ ﻓَﺈِن ﺗَٰﻨَﺰَﻋۡﺘُﻢۡ ﻓِﻲ ﺷَﻲۡء ﻓَﺮُ ﱡدوهُ إَِﱃ ٱﻟﻠﱠﻪِ وَٱﻟﺮﱠﺳُﻮلِ إِن ﻛُﻨﺘُﻢۡ ﺗُﺆۡﻣِﻨُﻮنَ ﺑِﭑﻟﻠﱠﻪِ وَٱﻟۡﻴَﻮۡمِ ٱﻷۡٓﺧِﺮِۚ ٰذَﻟِﻚَ ﺧَﻴۡﺮ وَأَﺣۡﺴَﻦُ ﺗَﺄۡوِﻳﻼً

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`ān) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” {Surat An-Nisa’: 59}

ﻣَﺂ أَرۡﺳَﻠۡﻨَﺎ ﻣِﻦ ﻗَﺒۡﻠِﻚَ إِ ﱠﻻ رِﺟَﺎﻻ ﻧﱡﻮﺣِﻲٓ إِﻟَﻴۡﻬِﻢۡۖ ﻓَﺴۡ ـ ﻠُﻮٓاْ أَﻫۡﻞَ ٱﻟ ﱢﺬﻛۡﺮِ إِن ﻛُﻨﺘُﻢۡ ﻻَ ﺗَﻌۡﻠَﻤُﻮنَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuanjika kamu tidak mengetahui” [Surat An-Nahl: 43]

c. tidak berbuka tanpaalasan yang dibenarkan syariat Islam
Seorang muslim yang di bulan Ramadhan tidak berpuasa atau berbuka tanpa alasan Syar’i, maka dia telah melakukan dosa besar, karena puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam. Rasulullah SAW bersabda :

“ﻣَﻦْ أﻓْﻄَﺮَ ﻳَﻮْﻣﺎً ﻣِﻦْ رَﻣَﻀَﺎنَ ﻣﻦْ ﻏَﻴْﺮِ رُﺧْﺼَﺔٍ وﻻ ﻣَﺮَضٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻘْﺾِ ﻋﻨﻪُ ﺻَﻮْمُ اﻟﺪّﻫْﺮِ ﻛُﻠّﻪِ وإنْ ﺻَﺎﻣَﻪُ

“Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama satu tahun” (HR.At-Turmudzi).

d. menjauhi hal-hal yang yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam
Puasa merupakan pengendalian diri dari segala sesuatu yang haram, syubhat dan perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga orang-orang beriman harus berusaha semaksimal mungkin menjaga puasanya dan tidak dirusak dengan perkataan dan perbuatan yang tidak terkait dengan nilai ibadah, khususnya ibadah puasa, Rasulullah bersabda bahwa :

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺪَعْ ﻗَﻮْلَ اﻟﺰّورِ وَاﻟْﻌَﻤَﻞَ ﺑِﻪِ، ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻟﻠﻪ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﻓﻲ أنْ ﻳَﺪَعَ ﻃَﻌَﺎﻣَﻪُ وَﺷَﺮَاﺑَﻪُ

“Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktekkannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum” (HR.Bukhori dan Muslim).

e. bersungguh-sungguh berpuasa karena Allah SWT dengan kenyakinan penuh akan kebaikan-kebaikannya
Rasulullah saw . bersabda:

ﻣﻦ ﺻﺎم ﻳﻮﻣﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ ﷲ ﺑﻌﺪ ﷲ وﺟﻬﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺎر ﺳﺒﻌﻴﻦ ﺧﺮﻳﻔﺎ

“Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, maka allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama 70 tahun “ (Muttafaqun ‘alaihi)

f. bersahur
Makan pada waktu sahur adalah berkah, Bagi orang yang hendak berpuasa, disunnahkan untuk makan sahur pada saat sebelum tiba waktu subuh (fajar), sahur merupakan makanan yang berkah (Al-ghoda’ al-mubarok). Dalam hal ini Rasulullah bersabda bahwa :

ﺗﺴﺤﺮوا ﻓﺈن ﻓﻲ اﻟﺴﺤﻮر ﺑﺮﻛﺔ”

“Makan sahurlah, karena pada makan sahur ada keberkahan” (HR Muslim)

اﻟﺴﺤﻮر أﻛﻠﺔ ﺑﺮﻛﺔ ﻓﻼ ﺗَﺪَﻋﻮه وﻟﻮ أن أﺣﺪﻛﻢ ﺗﺠﺮﱠع ﺟﺮﻋﺔ ﻣﺎء، ﻓﺈن ّﷲ وﻣﻼﺋﻜﺘﻪ ﻳﺼﻠﻮن ﻋﲆ اﻟﻤﺘﺴﺤﺮﻳﻦ” )رواه )اﻹﻣﺎم أﺣﻤﺪ ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪري

”Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur” (HR. Ahmad).

Ketika waktu Maghrib telah tiba, yakni saat matahari telah terbenam, maka saat itulah waktu berbuka sehingga sangat ditekankan kepada orang yang berpuasa untuk segera berbuka puasa. Rasulullah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor dan mengakhirkan sahur.

Sabda Rasulullah Saw : “Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya ialah mereka yang bersegera berbuka puasa” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Rasulullah saw mendahulukan ifthor atau ta’jil dengan ruthob (kurma mengkal), atau tamr (kurma) atau air saja (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Ibadah yang sangat ditekan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di malam Ramadhan adalah Qiyamu Ramadhan. Qiyam Ramadhan diisi dengan sholat malam atau yang biasa dikenal dengan sholat tarawih. Shalat tarawih diutamakan berjamaah sebagaimana ijma para sahabat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ﻣَﻦْ ﻗﺎمَ رَﻣَﻀﺎنَ إﻳﻤﺎﻧﺎً واﺣْﺘِﺴَﺎﺑﺎً ﻏُﻔِﺮَ ﻟﻪُ ﻣﺎ ﺗَﻘﺪّمَ ﻣِﻦْ ذَﻧْﺒِﻪِ

“Barang siapa yang melakukan qiyam Romadon dengan penuh iman dan perhitungan, maka diampuni dosanya yang telah lau” (Muttafaqun ‘aliahi)

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (QS.2:185). Pada bulan ini Al-Qur’an benar-benar turun ke bumi (dunia) untuk menjadi pedoman manusia dari segala macam aktifitasnya di dunia. Dan malaikat Jibril turun untuk memuroja’ah (mendengar dan mengecek) bacaan Al-Quran dari Rasulullah SAW Maka tidak aneh jika Rasulullah SAW lebih sering membacanya pada bulan Ramadhan. Iman Az-Zuhri pernah berkata
:”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Quran untuk ditadabburi, dipahami, dan diamalkan (QS.Shod: 29).

Pada bulan ini umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat yang terbaik dengan petunjuk Al-Qur’an. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al-Qur’an baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfiidzh (mengamalkan), ta’liim (mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman).

Rasulullah saw . bersabda:

ﺧَﻴْﺮُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠّﻢَ اﻟﻘُﺮْآنَ وَﻋَﻠّﻤَﻪُ

“Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya”

Orang yang mempelajari Al-Qur’an adalah orang yang masuk pada tahapan awal dari interaksi terhadap Al-Qur’an dan orang yang mengajarkan Al-Qur’an adalah orang yang sudah sampai tahapan akhir dari interaksi terhadap Al-Qur’an, Namun secara umum orang-orang yang berjiwa Robbani adalah orang yang senantiasa mengajarkan Al- Qur’an dan pada saat yang sama orang belajar Al-Qur’an dan semuanya masuk orang yang terbaik dari umat Islam.

Salah satu interaksi terhadap Al-Qur’an yang harus diperbanyak adalah tilawah Al- Qur’an. Salafu sholih sangat serius dalam masalah tilawah. Utsman bin ‘Affan mengkhatamkan setiap hari Al-Qur’an di bulan Ramadhan, imam As-Syafi’i mengkahtamkan 60 kali dalam bulan Ramdhan diluar waktu sholat. Sebagian ada yang setiap pekan khatam dan ada yang sepuluh hari khatam. Demikianlah tilawah Shalafu sholih.

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kebaikan pahalanya dilipatgandakan, oleh karena itu jangan membiarkan waktu sia-sia tanpa aktifitas yang berarti. Diantara aktifitas yang sangat penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan oleh umat Islam adalah memperbanyak dzikir, do’a dan istighfar. Bahkan do’a orang-orang yang berpuasa sangat mustajab, maka perbanyaklah berdo’a untuk kebaikan dirinya dan umat Islam yang lain, khususnya yang sedang ditimpa kesulitan dan musibah.
Do’a dan istighfaar pada saat mustajab adalah:

Saat berbuka. Rasulullah SAW membaca do’a berikut:
ﻋﻦ أﻧﺲ ﻗﺎل ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ إذا أﻓﻄﺮ ﻗﺎل : ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﻠﻬﻢ ﻟﻚ ﺻﻤﺖ وﻋﲆ رزﻗﻚ أﻓﻄﺮ ت. وزاد اﺑﻦ ﻋﺒﺎس وﻗﺎل: ﻓﺘﻘﺒﻞ ﻣﻨﻲ إﻧﻚ اﻧﺖ اﻟﺴﻤﻴﻊ اﻟﻌﻠﻴﻢ. وﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻗﺎل ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ
ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ إذا اﻓﻄﺮ ﻗﺎل : ذﻫﺐ اﻟﻈﻤﺄ واﺑﺘﻠـﺖ اﻟﻌﺮوق وﺛﺒﺖ اﻻﺟﺮ إن ﺷﺎء ﷲ

Rasulullah bahkan mensyariatkan agar orang-orang yang berpuasa banyak memanjatkan do’a, sebab do’a mereka akan dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini beliau pernah bersabda bahwa : “Ada tiga kelompok manusia yang do’anya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah do’a orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka” (HR.Ahmad dan Turmudzi).

·Sepertiga malam terakhir, yaitu ketika Allah SWT. turun ke langit dunia dan berkata:” Siapa yang bertaubat ? Siapa yang meminta ? Siapa yang memanggil, sampai waktu shubuh (HR Muslim)
·Memperbanyak istighfar pada waktu sahur. Allah Ta’ala berfirman, “Dan waktu sahur mereka memohon ampun”.
·Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at, yaitu disaat-saat terakhir pada sore hari Jum’at.
·Duduk untuk dzikir, do’a dan istighfaar di masjid, yaitu setelah menunaikan sholat Shubuh sampai terbit matahari. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:” Barangsiapa shalat Fajar berjama’ah di masjid, kemudian tetap duduk berdzikir hingga terbit matahari, lalu sholat dua rakaat, maka seakan-akan ia mendapat pahala haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna” (HR At- Tirmidzi).

Rasulullah saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan:

أﻓﻀﻞ اﻟﺼﺪﻗﺔ ﺻﺪﻗﺔ رﻣﻀﺎن

“Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan’ (HR Al-Baihaqi, Alkhotib dan At-Turmudzi)

Dan salah satu bentuk shodaqoh yang dianjurkan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau:

“ﻣﻦ ﻓﻄّﺮَ ﺻﺎﺋِﻤﺎً ﻛﺎنَ ﻟﻪُ ﻣﺜْﻞُ أﺟﺮِهِ ﻏَﻴْﺮَ أﻧّﻪُ ﻻ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﻣِﻦْ أﺟْﺮِ اﻟﺼّﺎﺋِﻢِ ﺷﻴﺌﺎً

“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Memberikan makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthor melainkan juga untuk segala kebajikan. Demikianlah tradisi salafu sholih terdahulu memberi makan bagi orang yang berbuka dan berinfak kaepada yang membutuhkan. Abu Siwar Al-‘Adawi berkata:” dahulu ada rombongan orang dari Bani ‘Adi yang biasa sholat di masjid ini. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang berbuka puasa sendiri. Ia senantiasa mencari orang yang bersedia berbuka bersamanya.

Dan ibadah puasa juga akhirnya ditutup dengan infak, yaitu infak wajib berupa Zakat Fithrah. Zakat Fitrah dibayar pada hari-hari terakhir Ramadhan yang bertujuan untuk menyucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin.

Bulan Ramadhan adalah saat yang paling baik untuk menuntut ilmu ke-Islaman dan mendalaminya. Karena di bulan Ramadhan hati dan pikiran sedang dalam kondisi bersih dan jernih sehingga sangat siap menerima ilmu-ilmu Allah SWT. Maka waktu- waktu seperti ba’da shubuh, ba’da dhuhur dan menjelang berbuka sangat baik sekali untuk menuntut ilmu. Pada saat yang sama para ustadz dan da’i meningkatkan aktifitasnya untuk berdakwah menyampaikan ilmu kepada umat Islam yang lain.

Keseimbangan dalam beribadah adalah sesuatu yang prinsip, walaupun umat Islam melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh di bulan Ramadhan, tetapi tetap saja harus menjaga keseimbangan. Kewajiban keluarga harus ditunaikan, begitu juga kewajiban sosial lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa menjaga keseimbangan, walaupun beliau khusu’ dalam beribadah di bulan Ramadhan, tetapi tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga.

Seperti yang diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah tokoh yang paling baik untuk keluarga, dimana selama bulan Ramadhan tetap selalu memenuhi hak- hak keluarga beliau. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni I’tikaf, harmoni itu tetap terjaga.

I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Karena pada hakekatnya inti ibadah Ramadhan adalah upaya menahan diri (imsak). Dan ‘Itikaf bukan hanya menahan diri dari makan dan minuman, tetapi menahan diri untuk tetap tinggal di masjid taqqorrub kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan.

Dan inilah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits :

ﻛَﺎنَ اﻟ ﱠﻨﺒِ ﱡﻲ ﺻَ ﱠﲆ ﷲُﱠ ﻋَﻠَﻴْﻪِ وَﺳَﻠﱠﻢَ إِذَا دَﺧَﻞَ اﻟْﻌَﺸْﺮُ ﺷَ ﱠﺪ ﻣِﺌْﺰَرَهُ وَأَﺣْﻴَﺎ ﻟَﻴْﻠَﻪُ وَأَﻳْﻘَﻆَ أَﻫْﻠَﻪ

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya” (HR Bukhari dan Muslim).

Ibadah yang penting ini sering dianggap berat oleh kaum muslimim, sehingga banyak yang tidak melakukannya. Tidak aneh kalau Imam az Zuhri berkomentar : Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan I’tikaf, padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.

Diantara tujuan I’tiqaf adalah agar mendapat Lailatul Qodar (malam kemuliaan), suatu malam yang istimewa, Allah berikan kepada umat Islam melalaui Rasulnya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Malam ini nilainya lebih baik dari seribu bulan biasa. Ketika kita beramal di malam itu berarti seperti beramal dalam seribu bulan. Al-Qur’an langsung menerangkan keistimewaan malam tersebut. Allah SWT. berfirman:
إِﻧﱠﺎ أَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎهُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ اﻟْﻘَﺪْرِ(1)وَﻣَﺎ أَدْرَاكَ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﻠَﺔُ اﻟْﻘَﺪْرِ(2)ﻟَﻴْﻠَﺔُ اﻟْﻘَﺪْرِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ أَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ(3)ﺗَﻨَﺰﱠلُ اﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔُ وَاﻟﺮﱡوحُ ﻓِﻴﻬَﺎ )ﺑِﺈِذْنِ رَﺑﱢﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﻛُ ﱢﻞ أَﻣْﺮٍ(4)ﺳَﻼَمٌ ﻫِﻲَ ﺣَ ﱠﺘﻰ ﻣَﻄْﻠَﻊِ اﻟْﻔَﺠْﺮِ5)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Malam kemuliaan itu waktunya dirahasiakan Allah SWT. oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk mencarinya, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اﻟﺘﻤﺴﻮﻫﺎ ﻓﻲ اﻟﻌﺸﺮ اﻷواﺧﺮ ﻣﻦ رﻣﻀﺎن ﻓﺎﻟﺘﻤﺴﻮﻫﺎ ﻓﻲ اﻟﺘﺎﺳﻌﺔ واﻟﺴﺎﺑﻌﺔ واﻟﺨﺎﻣﺴﺔ” ﻗﻠﺖ ﻳﺎ أﺑﺎ ﺳﻌﻴﺪ إﻧﻜﻢ” أﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﻌﺪد ﻣﻨﺎ. ﻗﺎل: أﺟﻞ، ﻗﻠﺖ: ﻣﺎ اﻟﺘﺎﺳﻌﺔ واﻟﺴﺎﺑﻌﺔ واﻟﺨﺎﻣﺴﺔ؟ ﻗﺎل: إذا ﻣﻀﺖ واﺣﺪة وﻋﺸﺮون ﻓﺎﻟﺘﻲ ﺗﻠﻴﻬﺎ .اﻟﺘﺎﺳﻌﺔ، وإذا ﻣﻀﻰ اﻟﺜﻼث واﻟﻌﺸﺮون، ﻓﺎﻟﺘﻲ ﺗﻠﻴﻬﺎ اﻟﺴﺎﺑﻌﺔ، وإذا ﻣﻀﻰ ﺧﻤﺲ وﻋﺸﺮون ﻓﺎﻟﺘﻲ ﺗﻠﻴﻬﺎ اﻟﺨﺎﻣﺴﺔ

“Carilah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan carilah pada hari kesembilan, ketujuh dan kelima”. Saya berkata, wahai Abu Said engkau lebih tahu tentang bilangan”. Abu said berkata :”Betul” . “Apa yang dimaksud dengan hari kesembilan, ketujuh dan kelima”. Berkata:” Jika sudah lewat 21 hari, maka yang kurang 9 hari, jika sudah 23 yang kurang 7 dan jika sudah lewat 5 yang kurang 5”
(HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Al-baihaqi)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melewatkan bulan Ramadhan untuk meraih lailatul qodr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan ramadhan (HR.Bukhari dan Muslim). Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang sholat pada malam lailatil qodr berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Bukhari dan Muslim). Ketika kita mendapatkannya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk membaca doa berikut, sebagaimana diajarkan pada ‘Aisyah ra:
اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ إﻧﱠﻚَ ﻋَﻔُﻮٌ ﺗُﺤِﺐُ اﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨ ﱢﻰ

Bagi umat Islam yang memiliki kemampuan rejeki lebih, dapat melakukan I’tiqaf di tanah suci sehingga meraih kesempurnaan ibadah Ramdhan. Bahkan disana bisa menunaikan ibadah Umrah di bulan Ramadhan. Umrah di bulan Ramdhan memiliki keutamaan yang besar, karena akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat, pahala haji bersama Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan dalam hadits Rasulullah kepada seorang wanita dari Anshor yang bernama Ummu Sinan ra: “Agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw. ”.(HR.Bukhari dan Muslim).

Demikian 8 Paket Ibadan Ramadhan, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishawwab wal muwaffiq ila aqawamit thariq.***

Laman: 1 2 3